Rabu, 28 Februari 2018

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam



Kerajaan Mataram Kuno & Mataram Islam





Sejarah Peminatan

 X IIS 3





Pembimbing : Ella Septri Armila S.Pd.,M.H
Kelompok 6 :        
- Clarissa       
  - Nadhifah Oktariani         
- Novi Elina         
- Vanny Evika        
- Sayid Haikal        
- Marjayadi         
- Sultan Saladin        
 - Irsal Zuari       








































Latar Belakang Kerajaan Mataram Kuno

    Prasasti atas nama Dyah Balitung (Rahyang tarumuhun ri Medang ri Poh Pitu)
menyebutkan dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang atau yang lebih sering dikenal dengan nama Mataram Kuno adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya menggeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebutkan dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah Pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Raja Sanna.
    Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8) adalah kerajaan Hindu di Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Berdasarkan catatan yang terdapat pada prasassti yang ditemukan, Kerajaan Mataram Kuno bermula sejak pemerintahan Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Ia memerintah Kerajaan Mataram Kuno hingga 732M.
Kerajaan Mataram Kuno berdiri sejak awal abad ke-8. Pada awal berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang keagamaan yang berbedaa, yakni agama Hindu dan Buddha.

Latar Belakang Kerajaan Mataram Islam

   Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan islam terbersar yang ada ditanah air khususnya di pulau jawa. Kerajaan Mataram adalah kerajaan Islam terbesar di Jawa yang hingga kini masih mampu bertahan melewati masa-masa berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, walaupun dalam wujud yang berbeda dengan terbaginya kerajaan ini menjadi empat pemerintahan swa-praja, yaitu Kasunanan Surakarta,   sejak runtuhnya dua kerajaan itu, Mataramlah yang hingga puluhan tahun tetap eksis dan memiliki banyak kisah dan mitos yang selalu menyertai perkembangannya. Paling tidak Mataram berkembang dengan diringi oleh mitos perebutan kekuasaan yang panjang. Karena itu informasi tentang kerajaan mataram islam tidak begitu sulit kita dapat karena hingga saat ini kerajaan tersebut masih eksis di tanah Jawa walaupun dengan konteks yang berbeda

     
   Sejarah Kerajaan Mataram Kuno ( Hindu )
   Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan yang memiliki peninggalan yang cukup banyak dan masih ada sampai sekarang, contohnya  Candi Prambanan dan Candi Borobuddur. Kerajaan ini terletak di Jawa Tengah dan memiliki beberapa sebutan antara lain Bumi Mataram, Kerajaan Mataram Hindu, serta Kerajaan Medang. 

   Kerajaan Mataram Kuno dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi, meliputi Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Lawu, Perahu dan Pegunungan Sewu. Selain dikelilingi oleh Gunung-gunung tersebut Kerajaan Mataram Kuno juga banyak dialiri sungai-sungai besar, meliputi Sungai Bengawan Solo, Progo, Bogowonto, dan Elo. Kedua faktor alam ini membuat kondisi kerajaan Mataram Kuno menjadi sangat Subur.
Selama berkuasa, Kerajaan Mataram Kuno terdapat 3 dinasti atau bisa juga disebut 3 Wangsa. Ketiga wangsa tersebut antara lain Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan terakhir Wangsa Isana. Masing-masing wangsa memiliki pedoman atau pendirian berbeda-beda khususnya mengenai agama yang dianut. Wangsa Sanjaya Mataram Kuno penganut agama Hindu, semnetara Wangsa Syailendra penganut agama Buddha dan Wangsa Isana merupakan wangsa baru yang berdiri saat Mpu Sindok berkuasa.

   Sanjaya merupakan tokoh pendiri Kerajaan Mataram Kuno sekaligus pendiri wangsa pertama yaitu Wangsa Sanjaya. Setelah Sanjaya wafat, kekuasaan beralih ke Rakai Panangkaran dan karena pengaruh dari luar kemudian ia menganut agama Buddha. Dengan situasi seperti ini, maka Wangsa Syailendra berdiri dan berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno. Setelah berakhirnya kekuasaan Wangsa Sanjaya, bukan berarti masyarakat yang menganut agama Buddha harus dipaksa untuk berpindah agama. Hal yang unik dan luar biasa pun terjadi, agama Hindu dan Buddha berkembang secara bersama di Mataram Kuno. Pembagian wilayah untuk kedua penganut agama ini pun terjadi, penganut agama Buddha tinggal di Jawa Tengah bagian Selatan dan yang menganut agama Hindu tinggal di Jawa Tengah Bagin Utara.

   Setelah beberapa tahun, Wangsa Sanjaya kemudian kembali berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno. Hal ini dikarenakan anak dari Raja Samaratungga yang bernama Pramodawardhani menikah dengan seorang yang beragama Hindu bernama Rakai Pikatan. Dari hasil pernikahan itu, kemudian Rakai Pikatan menjadi raja Mataram dan memulai kembali Dinasti Sanjaya. Hal licik kemudian dilakukan oleh Rakai Pikatan, yaitu dengan menyingkirkan saudara Pramodawardani yang bernama Balaputradewa, ia kemudian pergi mencari perlindungan di Kerajaan Sriwijaya dan menjadi raja di kerajaan tersebut.
Kekuasaan Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno akhirnya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya wangsa ini masih diperdebatkan oleh para ahli, terdapat juga teori yang menyatakan bahwa pada saat itu Kerajaan Mataram Kuno hancur karena bencana alam. Kekuasaan Rakai Sumba Dyah Wawa digantikan oleh Mpu Sindok. Setelah kehancuran, Mpu Sindok kemudian melangkah lebih jauh yaitu memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur dan disana ia membuat Wangsa Baru yaitu bernama Wangsa Isana 


Sejarah Kerajaan Mataram Islam (Kesultanan Mataram) 
     
     Kesultanan Mataram adalah Kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit.
      Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di Bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.
    Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.
     Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti kampung Mataraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.


Letak Kerajaan Mataram Kuno
peta persebaran mataram kuno
    Kerajaan Mataram Kuno terletak di daerah aliran sungai Progo elo, Bogowonto, dan Bengawan Solo Jawa Tengah dibagian selatan. Akan tetapi kerajaan berpindah ke jawa timur pada abad ke-10. 
Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan terkenal dan termasyur di dunia para peneliti sejarah. Hal tersebut dikarenakan banyaknya macam peninggalan yang dapat ditemukan di sekitar kerajaan.
Tidak hanya benda-benda atau barang-barang purbakala, tapi banyak juga ditemukan peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan yang menyatakan keberadaan lokasi Kerajaan Mataram Kuno.


   Lokasi yang menjadi inti daerahnya adalah Bhumi Mataram dengan ibukotanya adalah Medan Kamulan. menurut perkiraan, tempat lokasi Kerajaan Mataram Kuno sekarang merupakan Yogyakarta

Letak Kerajaan Mataram Islam 
peta persebaran mataram islam
   Pusat dari Kerajaan Mataram Islam terletak di daerah Jawa Tengah bagian selatan. Ibukotanya berada di Kota Kede atau sekitar Kota Yogyakarta untuk saat ini. Dari beberapa kisah kuno mengenai letak geografis Mataram Islam berada di daerah aliran Sungai Opak dan Progo dengan muara di Laut Selatan.
   Luas wilayah Kerajaan Mataram Islam terbentang dari Tugu sebagai batas sebelah utara sedangkan Panggung Krapyak sebelah selatan. Di perbatasan barat ada Sungai Winongo dan sebelah timur ada Sungai Code.
   Kraton Mataram Islam yang terletak antara Gunung Merapi dan Laut Selatan dimaknai sebagai pusat dunia atau jagat raya.

Kehidupan Sosial-Budaya Kerajaan Mataram Kuno
   Meskipun dalam praktik keagamaan, kerajaan mataram kuno terdiri dari agama Hindu dan Buddha, kehidupan sosial mereka sangat baik. Masyarakat tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Salah satu bukti dari sikap tersebut yaitu saat membangun candi borobudur. Selain toleransi beragama, kehidupan sosial kerajaan mataram kuno juga terbukti dengan adanya kepatuhan hukum oleh semua pihak.
    Sedangkan, kehidupan kebudayaan kerajaan ini sangat tinggi dibuktikan dengan banyaknya peninggalan prasasti dan juga candi.

Kehidupan Sosial-Budaya Kerajaan Mataram Islam
   Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan,maka Sultan Agung melakukan usaha-usaha antara lain untuk meningkatkan daerahdaerah persawahan dan memindahkan banyak para petani ke daerah Krawang yang subur. Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh imbalan berupa tanah garapan (lungguh), sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
   Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain seni tari, seni pahat, seni sastra dan sebagainya. Di samping itu muncul Kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayan asli, Hindu, Buddha dengan Islam. Upacara Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada waktu perayaan hari besar Islam, sehingga muncul Grebeg Syawal pada hari raya idul Fitri.; Grebeg Maulud pada bulan Rabiulawal. Hitungan tahun yang sebelumnya merupakan tarikh Hindu yang didasarkan pada peredaran matahari (tarikh Samsiah) dan sejak tahun 1633 diubah menjadi tarikh Islam yang berdasarkan pada peredaran bulan (tarikh Kamariah). Tahun Hindu 1555 diteruskan dengan perhitungan baru dan dikenal dengan Tahun Jawa.

Kehidupan Ekonomi Mataram Kuno
   Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam bumi Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonominan dengan pesat.

   Bumi Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara dengan hasil budayanya berupa candi-candi seperti Gedong Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil budayanya dengan mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.

   Semula terjadi perebutan kekuasan namun kemudian terjalin persatuan ketika terjadi perkawinan antara Pikatan (Sanjaya) yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani (Syailendra) yang beragama Buddha. Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup berdampingn secara damai.


Kehidupan Ekonomi Mataram Islam
   Seperti halnya Mataram Kuno, kehidupan ekonomi  kerajaan Mataram Islam juga bertumpuh pada pertanian.   Letak geografisnya yang berada di pedalaman didukung tanah yang subur, menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah pertanian (agraris) yang cukup berkembang, bahkan menjadi daerah pengekspor beras terbesar pada masa itu. Rakyat Mataram juga banyak melakukan aktivitas perdagangan laut. Hal ini dapat terlihat dari dikuasainya daerah-daerah pelabuhan di sepanjang pantai Utara Jawa. Perpaduan dua unsur ekonomi, yaitu agraris dan maritim mampu menjadikan kerajaan Mataram kuat dalam percaturan politik di nusantara.

Kehidupan Politik Mataram Kuno
1. Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa di Gunung Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
    Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil mengambangkan potensi wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang didalamnya tersimpang patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan.
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap siklus waktu. Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dan misi tersebut yaitu Catur Guru. Catur Guru tersebut adalah

  •    Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
  •    Guru Swadaya, Tuhan
  •    Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
  •   Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama

4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang dengan pesat.
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
Memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala macam rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung bekerja siang hingga malam.
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah  Tri Parama Arta
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)
    Masa pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya. Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan masyarakatnya.
10. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.
11. Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut termuat dalam Prasasti Poh Galuh yang beragka tahun   809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana.
12. Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat terkenal dalam kancah politik internasional.

 Kehidupan Politik Mataram Islam


1. Ki Ageng Pamanahan
    Ki Ageng Pamanahan merupakan pendiri desa Mataram tahun 1556, desa inilah yang kemudian hari berkembang menjadi Kesultanan Mataram yang dipimpin oleh anaknya. Tanah Mataram sendiri merupakan hadiah yang diberikan oleh Hadiwijaya karena Ki Pamanahan berhasil  membunuh Arya Penangsang.
      Awalnya tanah hadiah ini merupakan hutan lebat yang oleh masyarakat sekitar diberi nama Alas Mentaok, kemudian oleh Ki Ageng Pamanahan dijadikan desa Mataram. Ki Ageng Pamanahan menikah dengan Nyai Sabinah (putri Ki Ageng Saba), dari pernikahan ini beliau memiliki putra-putri 26 orang.
Salah satu putra Ki Ageng Pamanahan yang menjadi perintis Kesultanan Mataram. Pada tahun 1584 Ki Ageng Pamanahan wafat dan dimakamkan di kota Gede.
2. Panembahan Senapati

   Setelah Ki Ageng Pamanahan meninggal kekuasaan Mataram berikan Sutawijaya, beliau ini adalah menantu dari Raja Pajang. Atas anjuran Sultan Pajang Senapati Sutawijaya menjadi Raja Kerajaan Mataram. Pada saat Sutawijaya berkuasa bisa dibilang ini adalah masa awal kebangkitan Kerajaan Mataram Islam di Jawa.
Di bawah kepemimpinan Panembahan Senapati, Kerajaan Mataram memperluas kekuasaannya mulai dari Pajang, Demak serta menguasai daerah-daerah penting lainnya seperti Tuban, Madiun, Pasuruan dan sebagian besar wilayah Surabaya. Panembahan Senapati meninggal pada tahun 1523 atau 1610 M yang kemudian posisinya digantikan oleh Raden Mas Jolang.
3. Raden Mas Jolang
    Raden Mas Jolang atau Panembahan Anyakrawati merupakan pewaris kedua Kerajaan Mataram Islam. Beliau memerintah sebagai raja sekitar 12 tahun (1606-1613). Pada masa pemerintahan banyak daerah-daerah yang memberontak sehingga banyak terjadi peperangan. Selain perang untuk mempertahankan kekuasaan juga perang menambah daerah kekuasaan.

     Tidak banyak sumber sejarah yang mencatat tentang Raden Mas Jolang ini sampai beliau wafat pada tahun 1613 di desa Krapyak. Raja ini terkenal dengan gelarnya Panembahan Sedo Ing Karapyak dan dimakamkan di makam Pasar Gede, di bawah makam ayahnya.
4. Raden Mas Rangsang (Sulthan Agung)

    Setelah Raden Mas Jolang wafat kekuasaan Kesultanan Mataram digantikan oleh anaknya yaitu Raden Mas Rangsang. Bisa dibilang bahwa Raden Mas Rangsang merupakan raja ketiga Kerajaan Mataram Islam. Di masa pemerintahan beliau menjadi puncak dari kejayaan Kerajaan Mataram Islam.
   Raden Mas Rangsang mendapatkan gelar Sultan Agung Senapati Ingalaga Ngabdurchman. Masa pemerintahannya sekitar 1613-1645. Pada masa pemerintahan Sultan Agung bisa menguasai hampir seluruh Tanah Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian daerah di Jawa Barat.
   Selain berperang dengan raja di Jawa, Sultan Agung juga melakukan peperangan melawan VOC yang ingin merebut Jawa dan Batavia. Dibawah pemerintahan Sultan Agung ini juga Kerajaan Mataram Islam berkembang menjadi negara Agraris. Sultan Ageng wafat pada tahun 1645 dan di makamkan di Imogiri. Hanya Sultan Agung yang dimakamkan di Imogiri.
5. Amangkurat I
   Setalah Sultan Agung meninggal, kekuasaan Mataram digantikan oleh anaknya yang bernama Amangkurat. Pada masa kekuasaanya Amangkurat I memindahkan pusat Kerajinan dari Kota Gedhe ke Kraton Plered. Pemindahan tersebut dilakukan pada tahun 1569 tahun Jawa atau 1647.
     Amangkurat I berkuasa sekitar tahun 1638 sampai 1677. Sifat Amangkurat I sangat bertolak belakang dengan ayahnya, dimana dia menjadi teman VOC. Sifat inilah yang menimbulkan perpecahan pada Kerajaan Mataram Islam. Amangkurat I meninggal pada tanggal 10 Juli 1677 dan dimakamkan di daerah tegal Tepatnya di Telagawangi. Dan sempat mengangkat Sunan Mataram atau Amangkurat II sebagai Penggantinya.

6. Raden Mas Rahmat
     Raden Mas Rahmat atau Amangkurat II merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kasunanan Kartasura sebagai lanjutan dari Kerajaan Mataram Islam. Raja ini memerintah tahun 1677 sampai 1703. Beliau adalah raja Jawa pertama yang menggunakan pakaian dinas ala Eropa, sehingga rakyat memberikan julukan Sunan Amral, yaitu ejaan Jawa untuk Admiral.
           
     Sutawijaya sebagai raja pertama Kerajaan Mataram Islam, mengangkat diri pada tahun 1586-1601 dengan ibu kota kerajaan di Kota Gede. Sutawijaya berhasil membawa Mataram menjadi Kerajaan Islam dengan luas wilayah yang terus berkembang. Terbukti pada masa kekuasaannya, Mataram berhasil memperluas kekuasaan hingga ke tempat timur seprti Surabaya, Madiun dan Ponorogo, dan ke barat menundukkan Cirebon dan Galuh. Kerajaan Mataram berhasil mencapai masa jayanya ketika dipimpin oleh Sultan Agun Hanyokrokusumo (1613-1645).

     Sultan Agung cukup usang menjadi penguasa di Mataram, yaitu sekitar 32 tahun. Masa kekuasaannya dibedakan dalam dua periode, yaitu periode pertama yakni masa penyatuan negara dan periode ke dua yakni masa pembangunan negara. Pada masa kepemimpinan Sultan Agung, Mataram berhasil menundukkan Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan dan Tuban, selanjutnya Lasem, Pamekasan, dan Sumenep. Dan bahkan bukan saja menguasai pulau Jawa, Mataram juga berhail meluaskan tempat kekuasaan hingga pada Palembang, Sukadana (Kalimantan) dan Goa.

    Sultan Agung juga pernah melancarkan serangan kepada Belanda di Batavia namun sayang gagal. Kekalahan yang terjadi alasannya pasukan dari Mataram yang kelelahan menempuh jarak yang jauh dari Mataram ke Jakarta. Selain itu, pasukan Mataram juga terkena wabah penyakit sehingga banyak yang meninggal. Setelah Sultan Agung meninggal, tidak ada raja yang sekuat dan sebagus Sultan Agung di Mataram sehingga lambat laun kerajaan Mataram Islam menjadi karam dan runtuh alasannya adanya kudeta antar saudara.

Terpecahnya Kerajaan Mataram Kuno
     Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.
Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.
Runtuhnya Kerajaan Mataram ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan cicit Mpu Sindok memimpin. Waktu itu permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas. Tercatat Sriwijaya pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran tersebut dimenangkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan serangan ke ibu kota Sriwijaya. Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.
Terpecahnya Kerajaan Mataram Islam
       Pada tahun 1647 Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered, tidak jauh dari Karta. Pada saat itu, ia tidak lagi memakai gelar sultan, melainkan 'sunan' (berasal dari kata 'Susuhunan' atau 'Yang Dipertuan'). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak yang tidak puas dan pemberontakan. Pernah terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat untuk berkomplot dengan VOC. Pada tahun 1677 Amangkurat I meninggal di Tegalarum ketika mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat tunduk pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak suka dan pemberontakan terus terjadi. Pada tahun 1680 kraton dipindahkan lagi ke Kartasura. karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.
Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (tahun 1703-1708), Pakubuwana I (tahun 1704-1719), Amangkurat IV (tahun 1719-1726), Pakubuwana II (tahun 1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena ia tidak patuh(tunduk) kepada VOC sehingga VOC menobatkan Pakubuwana I sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua orang raja dan hal tersebut menyebabkan perpecahan internal di Kerajaan. Amangkurat III kemudian memberontak dan menjadikan ia sebagai "king in exile" hingga akhirnya tertangkap di Batavia dan dibuang ke Ceylon. Kekacauan politik ini baru terselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta (Pada 13 Februari 1755). Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti. Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta merupakan 'ahli waris' dari Mataram.

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

1.     Candi-Candi Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno


Nama Candi
Gambar Candi
    1.  Candi Sewu
        Terletak dikawasan sekitar Candi ,      Prambanan tepatnya di Desa            Bungisan, Kec. Prambanan, Kab.        Klaten, Jawa Tengah. Candi Sewu      adalah candi Buddha terbesar            kedua setelah Borobudur

      2.     Candi Arjuna
           Terletak dikomplek percandian                Arjuna, tepatnya di Dataran Tinggi          Dieng, Kab. Banjarnegara, Jawa              Tengah. Candi Hindu satu ini mirip        dengan candi-candi dikompleks              Gedong Sanga.


      3.     Candi Bima
           Terletak di Desa Dieng Kulon, kec.        Batur, Kab. Banjarnegara, Jawa              Tengah. Candi ini dikatakan                    memiliki banyak keunikan,                      misalnya dalam hal arsitekturnya            yang mirip dengan candi-candi                yang berada di India.


Candi Bima
      4.     Candi Borobudur
            Candi peninggalan Mataram Kuno         ini sudah terkenal keseluruh                   penjuru dunia sebagai candi                     Buddha terbesar yang perna ada.             Candi Borobudur terlletak di                   Magelang, Jawa Tengah dan                   diperkirakan berasal dari abad ke 8         masehi

Candi Borobudur
      5.     Candi Mendut
            Candi ini merupakan candi                     peninggalan agama Buddha yang           diperkirakan dibangun sejak                   Mataram berada di bawah                       kepemimpinan Raja Indra dari                 Dinasti Syailendra. Candi ini                   terletak di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Mendut
      6.     Candi Pawon
            Jika Borobudur, Mendut, dan                  Pawon dilihat dari atas, ketiganya          terletak disatu garis lurus. Inilah              yang membuat para ahli merasa              keheranan. Candi Pawon masih              belum diketahui secara jelas asal-            usulnya karena bukti sejarah yang          ditemukan masih sangat terbatas.

Candi Pawon
      7.     Candi Puntadewa
            Candi yang terletak di kompleks             Candi Arjuna ini juga merupakan           candi peninggalan kerajaan                     Mataram Kuno. Candi bercorak               Hindu ini mempunyai  ukuran                 kecil tapi terlihat tinggi.
Candi Puntadewa
      8.     Candi Semar
            Candi Semar berhadapan langsung         dengan Candi Arjuna. Bentuknya           segiempat membujur kearah Utara-         Selatan dengan tangga masuknya           berasa di sisi Timur dan Barat

Candi Semar







 2.
  Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno


Nama Prasasti
Gambar Prasasti
1.    Prasasti Sojomerto ( sekitar Abad ke 7)
Prasasti berbahasa Melayu Kuno yang ditemukan di desa Sojomerto, Kabupaten Pekalongan ini menjelaskan bahwa Syailendra adalah penganut agama Budha.




2.    Prasasti Kalasan (778 M)
Prasasti ini berisi tentang kabar seorang raja Dinasti Syailendra yang membujuk Rakai Panangkaran agar mendirikan bangunan suci untuk Dewi Tara dan sebuah vihara bagi para pendeta Budha.










3.    Prasasti Klurak (782 M)
Prasasti yang ditemukan di daerah Prambanan ini berisi tentang berita pembuatan arca Manjusri sebagai wujud Sang Budha, Wisnu, dan Sanggha. Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini juga menyebut nama Raja Indra sebagai raja yang berkuasa pada saat itu.



4.    Prasasti Ratu Boko (856 M)
Prasasti ini berisi berita kekalahan Balaputra Dewa dalam perang melawan kakaknya Rakai Pikatan atau Pramodhawardani dalam perebutan kekuasaan.

























5.    Prasasti Nalanda (860 M)
Prasasti ini berisi tentang asal-usul Balaputra Dewa yang adalah cucu dari Raja Indra dan putra dari Raja Samarottungga.





6.    Prasasti Cangal (732 M)
Prasasti ini ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal. Isinya berupa peringatan pembuatan lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya.












7.    Prasasti Mantyasih (907 M) dan
8.    Prasasti Wanua Tengah III (908 M) Kedua prasasti ini berisi tentang daftar raja-raja yang pernah memerintah di Dinasti Sanjaya.



(tidak ada gambar)



Peninggalan Kerajaan Mataram Islam

 1Kerajinan Perak ,
     perak Kotagede sangat terkenal hingga ke                       mancanegara, kerajinan ini warisan dari orang-               orang Kalang.





   
      2.    Kalang Obong ,
       upacara tradisional kematian orang Kalang,                     upacara ini seperti Ngaben di Bali, tetapi upacara             Kalang Obong ini bukan mayatnya yg dibakar                   melainkan pakaian dan barang-barang                             peninggalannya





      3. Kue Kipo,
         makanan tradisional ini sangat khas dan hanya               ada di Kotagede, terbuat dari kelapa, tepung, dan           gula merah.






          4.  Pertapaan Kembang Lampir
merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.





            5. Segara Wana dan Syuh Brata,
adalah meriam-meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda) atas perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di depan keraton Surakarta dan merupakan meriam yang paling indah di nusantara.




        6.     Masjid Agung Negara
        dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada            tahun 1768.
                                                              






         7.Masjid Jami Pakuncen
berdiri di Tegal Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan salah bangunan peninggalan Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai salah satu tempat penting untuk penyebaran Islam kala itu.




                                      

         8.    Gerbang Makam Kota Gede
         adalah perpaduan unsur bangunan Hindu dan                 Islam.





                                          


 9. Kitab Sastra Gending,
Kerajaan Mataram Islam memiliki peninggalan berupa sebuah karya sastra bernama Kitab Sastra Gending. Kitab ini ditulis oleh Sultan Agung yang berisi mengenai ajaran filsafat tentang menjadi manusia yang berakhlak. Menurut beberapa kisah, kitab Sastra Gending ditulis oleh Sultan Agung setelah melakukan penyerangan ke Batavia.






       10.Pasar Legi Kotagede, Yogyakarta merupakan pasar         tertua yang ada di wilayah Provinsi Yogyakarta.               Pasar ini merupakan pasar yang sudah ada sejak           zaman Panembahan Senopati.






Kesimpulan
         Kerajaan Matram Kuno yang berdiri pada abad ke-8 adalah kerajaan yang memiliki dua latar belakang keagamaan yakni, Hindu dan Buddha. Raja pertama kerajaan Mataram Kuno adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732M-760M). Hancurnya kerajaan ini dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat Pengusiran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan.
         Pada abad ke-17 berdirilah kerajaan dengan nama Mataram juga. Kerajaan ini dilatar belakangi dengan keagamaan islam yang kemudian disebut Kerajaan Mataram islam. Kerajaan ini dipimpin oleh suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan. Dan raja yang terakhir adalah Amangkurat, karena Amengkurat sangat dekat dengan anggota VOC yang mengakibatkan campur tangan dan perang saudara dalam memperebutkan tahta kerajaan, maka kerajaan Mataram Islam menjadi lemah dan terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil.
         Kerajaan Mataram Hindu yang berdiri pada abad ke 8  dan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke 17  adalah 2 kerajaan yang lokasi nya di Yogyakarta, oleh karena itu ahli sejarah membagi Mataram Kuno dengan mataram hindu sedangkan mataram yang baru dengan Mataram Islam.


Kerajaan Mataram Islam ini tidak ada hubungannya dengan Kerajaan Mataram dari zaman Hindu-Buddha. Kebetulan saja nama yang sama dipakai. Mungkin juga pemakaian nama ini ada hubungannya dengan upaya untuk mengagungkan kembali kebesaran masa lalu.

   Itulah yang bisa kami bagikan mengenai Sejarah Kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam, kurang lebihnya kami minta maaf dan mudah-mudahan informasi mengenai Sejarah kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam  ini bisa bermanfaat untuk kalian semua.
Terima Kasih.




Daftar Pustaka





















1 komentar:

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Kuno & Mataram Islam Sejarah Peminatan  X IIS 3 Pembimbing : Ella Septri Armila S.P...