Kerajaan Mataram Kuno &
Mataram Islam
X IIS 3
Pembimbing : Ella Septri Armila S.Pd.,M.H
Kelompok 6 :
Kelompok 6 :
- Clarissa
- Nadhifah
Oktariani
- Novi
Elina
- Vanny Evika
- Sayid
Haikal
- Marjayadi
- Sultan
Saladin
- Irsal
Zuari
Latar Belakang Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti atas nama Dyah Balitung (Rahyang tarumuhun ri Medang ri Poh Pitu)
menyebutkan dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang atau yang lebih sering dikenal dengan nama Mataram Kuno adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya menggeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebutkan dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah Pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Raja Sanna.
Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8) adalah kerajaan Hindu di Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Berdasarkan catatan yang terdapat pada prasassti yang ditemukan, Kerajaan Mataram Kuno bermula sejak pemerintahan Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Ia memerintah Kerajaan Mataram Kuno hingga 732M.
Kerajaan Mataram Kuno berdiri sejak awal abad ke-8. Pada awal berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang keagamaan yang berbedaa, yakni agama Hindu dan Buddha.
Latar Belakang Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan islam terbersar yang ada ditanah air khususnya di pulau jawa. Kerajaan Mataram adalah kerajaan Islam terbesar di Jawa yang hingga kini masih mampu bertahan melewati masa-masa berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, walaupun dalam wujud yang berbeda dengan terbaginya kerajaan ini menjadi empat pemerintahan swa-praja, yaitu Kasunanan Surakarta, sejak runtuhnya dua kerajaan itu, Mataramlah yang hingga puluhan tahun tetap eksis dan memiliki banyak kisah dan mitos yang selalu menyertai perkembangannya. Paling tidak Mataram berkembang dengan diringi oleh mitos perebutan kekuasaan yang panjang. Karena itu informasi tentang kerajaan mataram islam tidak begitu sulit kita dapat karena hingga saat ini kerajaan tersebut masih eksis di tanah Jawa walaupun dengan konteks yang berbeda
Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan yang memiliki peninggalan yang cukup banyak dan masih ada sampai sekarang, contohnya Candi Prambanan dan Candi Borobuddur. Kerajaan ini terletak di Jawa Tengah dan memiliki beberapa sebutan antara lain Bumi Mataram, Kerajaan Mataram Hindu, serta Kerajaan Medang.
Kerajaan Mataram Kuno dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi, meliputi Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Lawu, Perahu dan Pegunungan Sewu. Selain dikelilingi oleh Gunung-gunung tersebut Kerajaan Mataram Kuno juga banyak dialiri sungai-sungai besar, meliputi Sungai Bengawan Solo, Progo, Bogowonto, dan Elo. Kedua faktor alam ini membuat kondisi kerajaan Mataram Kuno menjadi sangat Subur.
Selama berkuasa, Kerajaan Mataram Kuno terdapat 3 dinasti atau bisa juga disebut 3 Wangsa. Ketiga wangsa tersebut antara lain Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan terakhir Wangsa Isana. Masing-masing wangsa memiliki pedoman atau pendirian berbeda-beda khususnya mengenai agama yang dianut. Wangsa Sanjaya Mataram Kuno penganut agama Hindu, semnetara Wangsa Syailendra penganut agama Buddha dan Wangsa Isana merupakan wangsa baru yang berdiri saat Mpu Sindok berkuasa.
Sanjaya merupakan tokoh pendiri Kerajaan Mataram Kuno sekaligus pendiri wangsa pertama yaitu Wangsa Sanjaya. Setelah Sanjaya wafat, kekuasaan beralih ke Rakai Panangkaran dan karena pengaruh dari luar kemudian ia menganut agama Buddha. Dengan situasi seperti ini, maka Wangsa Syailendra berdiri dan berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno. Setelah berakhirnya kekuasaan Wangsa Sanjaya, bukan berarti masyarakat yang menganut agama Buddha harus dipaksa untuk berpindah agama. Hal yang unik dan luar biasa pun terjadi, agama Hindu dan Buddha berkembang secara bersama di Mataram Kuno. Pembagian wilayah untuk kedua penganut agama ini pun terjadi, penganut agama Buddha tinggal di Jawa Tengah bagian Selatan dan yang menganut agama Hindu tinggal di Jawa Tengah Bagin Utara.
Setelah beberapa tahun, Wangsa Sanjaya kemudian kembali berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno. Hal ini dikarenakan anak dari Raja Samaratungga yang bernama Pramodawardhani menikah dengan seorang yang beragama Hindu bernama Rakai Pikatan. Dari hasil pernikahan itu, kemudian Rakai Pikatan menjadi raja Mataram dan memulai kembali Dinasti Sanjaya. Hal licik kemudian dilakukan oleh Rakai Pikatan, yaitu dengan menyingkirkan saudara Pramodawardani yang bernama Balaputradewa, ia kemudian pergi mencari perlindungan di Kerajaan Sriwijaya dan menjadi raja di kerajaan tersebut.
Kekuasaan Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno akhirnya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya wangsa ini masih diperdebatkan oleh para ahli, terdapat juga teori yang menyatakan bahwa pada saat itu Kerajaan Mataram Kuno hancur karena bencana alam. Kekuasaan Rakai Sumba Dyah Wawa digantikan oleh Mpu Sindok. Setelah kehancuran, Mpu Sindok kemudian melangkah lebih jauh yaitu memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur dan disana ia membuat Wangsa Baru yaitu bernama Wangsa Isana
Kesultanan Mataram adalah Kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit.
Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di Bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.
Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti kampung Mataraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.
peta persebaran mataram kuno |
Kerajaan Mataram Kuno terletak di daerah aliran sungai Progo elo, Bogowonto, dan Bengawan Solo Jawa Tengah dibagian selatan. Akan tetapi kerajaan berpindah ke jawa timur pada abad ke-10.
Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan terkenal dan termasyur di dunia para peneliti sejarah. Hal tersebut dikarenakan banyaknya macam peninggalan yang dapat ditemukan di sekitar kerajaan.
Tidak hanya benda-benda atau barang-barang purbakala, tapi banyak juga ditemukan peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan yang menyatakan keberadaan lokasi Kerajaan Mataram Kuno.
Lokasi yang menjadi inti daerahnya adalah Bhumi Mataram dengan ibukotanya adalah Medan Kamulan. menurut perkiraan, tempat lokasi Kerajaan Mataram Kuno sekarang merupakan Yogyakarta
Letak Kerajaan Mataram Islam
peta persebaran mataram islam |
Pusat
dari Kerajaan Mataram Islam terletak di daerah Jawa Tengah bagian selatan.
Ibukotanya berada di Kota Kede atau sekitar Kota Yogyakarta untuk saat ini.
Dari beberapa kisah kuno mengenai letak geografis Mataram Islam berada di
daerah aliran Sungai Opak dan Progo dengan muara di Laut Selatan.
Luas
wilayah Kerajaan Mataram Islam terbentang dari Tugu sebagai batas sebelah utara
sedangkan Panggung Krapyak sebelah selatan. Di perbatasan barat ada Sungai
Winongo dan sebelah timur ada Sungai Code.
Kraton
Mataram Islam yang terletak antara Gunung Merapi dan Laut Selatan dimaknai
sebagai pusat dunia atau jagat raya.
Kehidupan
Sosial-Budaya Kerajaan Mataram Kuno
Meskipun
dalam praktik keagamaan, kerajaan mataram kuno terdiri dari agama Hindu dan
Buddha, kehidupan sosial mereka sangat baik. Masyarakat tetap hidup rukun dan
saling bertoleransi. Salah satu bukti dari sikap tersebut yaitu saat membangun
candi borobudur. Selain toleransi beragama, kehidupan sosial kerajaan mataram
kuno juga terbukti dengan adanya kepatuhan hukum oleh semua pihak.
Sedangkan,
kehidupan kebudayaan kerajaan ini sangat tinggi dibuktikan dengan banyaknya
peninggalan prasasti dan juga candi.
Kehidupan Sosial-Budaya Kerajaan Mataram Islam
Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan,maka
Sultan Agung melakukan usaha-usaha antara lain untuk meningkatkan daerahdaerah
persawahan dan memindahkan banyak para petani ke daerah Krawang yang subur.
Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat
feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh imbalan berupa tanah garapan
(lungguh), sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan
tanah di Jawa.
Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain seni tari,
seni pahat, seni sastra dan sebagainya. Di samping itu muncul Kebudayaan
Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayan asli, Hindu, Buddha dengan
Islam. Upacara Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa
kenduri gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada
waktu perayaan hari besar Islam, sehingga muncul Grebeg Syawal pada hari raya
idul Fitri.; Grebeg Maulud pada bulan Rabiulawal. Hitungan tahun yang
sebelumnya merupakan tarikh Hindu yang didasarkan pada peredaran matahari
(tarikh Samsiah) dan sejak tahun 1633 diubah menjadi tarikh Islam yang
berdasarkan pada peredaran bulan (tarikh Kamariah). Tahun Hindu 1555 diteruskan
dengan perhitungan baru dan dikenal dengan Tahun Jawa.
Kehidupan Ekonomi Mataram Kuno
Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam
bumi Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas
perekonominan dengan pesat.
Bumi Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya
dan Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat
kekuasaannya di utara dengan hasil budayanya berupa candi-candi seperti Gedong
Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya
di daerah selatan, dan hasil budayanya dengan mendirikan candi-candi seperti candi
Borobudur, Mendut, dan Pawon.
Semula terjadi perebutan kekuasan namun kemudian terjalin
persatuan ketika terjadi perkawinan antara Pikatan (Sanjaya) yang beragama
Hindu dengan Pramodhawardhani (Syailendra) yang beragama Buddha. Sejak itu
agama Hindu dan Buddha hidup berdampingn secara damai.
Kehidupan Ekonomi Mataram Islam
Seperti
halnya Mataram Kuno, kehidupan ekonomi
kerajaan Mataram Islam juga bertumpuh pada pertanian. Letak geografisnya yang berada di pedalaman
didukung tanah yang subur, menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah pertanian
(agraris) yang cukup berkembang, bahkan menjadi daerah pengekspor beras
terbesar pada masa itu. Rakyat Mataram juga banyak melakukan aktivitas
perdagangan laut. Hal ini dapat terlihat dari dikuasainya daerah-daerah
pelabuhan di sepanjang pantai Utara Jawa. Perpaduan dua unsur ekonomi, yaitu
agraris dan maritim mampu menjadikan kerajaan Mataram kuat dalam percaturan
politik di nusantara.
Kehidupan Politik Mataram Kuno
1. Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya
(732-760 M)
Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian
candi-candi siwa di Gunung Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira
pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Rakai
Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil mengambangkan potensi
wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran
dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang didalamnya tersimpang
patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan sekarang dikenal dengan nama
Candi Kalasan.
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
Rakai Pananggalan yang berarti raja
mulia yang peduli terhadap siklus waktu. Beliau berjasa atas sistem kalender
Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi arti
penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dan misi tersebut yaitu Catur Guru.
Catur Guru tersebut adalah
- Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
- Guru Swadaya, Tuhan
- Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
- Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama
4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Pada masa pemerintahannya, kehidupan
dalam dunia militer berkembang dengan pesat.
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
Memiliki arti raja mulia yang tahan
banting terhadap segala macam rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri
Maharaja Rakai Garung bekerja siang hingga malam.
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa
gemilang pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.Pada masa pemerintahannya,
pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan
tetap mempertahankan kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan Balaputera Dewa
dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan
inilah dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa
Sri Maharaja Rakai Kayuwangi memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
memiliki prinsip dalam menjalankan pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya
adalah Tri Parama Arta
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong
(898-915 M)
Masa
pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya. Sang Prabu
aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan masyarakatnya.
10. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Pada masa pemerintahan Dyah
Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk menggantikannya sebagai raja Mataram
Hindu.
11. Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan
dirinya kepada masyarakat menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama.
Keterangan tersebut termuat dalam Prasasti Poh Galuh yang beragka
tahun 809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah Tulodhong sangat
memperhatikan kaum brahmana.
12. Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
Beliau terkenal sebagai raja yang
ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat terkenal dalam kancah politik
internasional.
1. Ki Ageng Pamanahan
Awalnya tanah hadiah ini merupakan hutan lebat yang oleh masyarakat
sekitar diberi nama Alas Mentaok, kemudian oleh Ki Ageng Pamanahan dijadikan
desa Mataram. Ki Ageng Pamanahan menikah dengan Nyai Sabinah (putri Ki Ageng
Saba), dari pernikahan ini beliau memiliki putra-putri 26 orang.
Salah satu putra Ki Ageng Pamanahan yang
menjadi perintis Kesultanan Mataram. Pada tahun 1584 Ki Ageng Pamanahan wafat
dan dimakamkan di kota Gede.
2.
Panembahan Senapati
Di bawah kepemimpinan Panembahan Senapati, Kerajaan Mataram memperluas
kekuasaannya mulai dari Pajang, Demak serta menguasai daerah-daerah penting
lainnya seperti Tuban, Madiun, Pasuruan dan sebagian besar wilayah Surabaya.
Panembahan Senapati meninggal pada tahun 1523 atau 1610 M yang kemudian
posisinya digantikan oleh Raden Mas Jolang.
3.
Raden Mas Jolang
Raden Mas Jolang atau Panembahan Anyakrawati merupakan pewaris kedua
Kerajaan Mataram Islam. Beliau memerintah sebagai raja sekitar 12 tahun
(1606-1613). Pada masa pemerintahan banyak daerah-daerah yang memberontak
sehingga banyak terjadi peperangan. Selain perang untuk mempertahankan
kekuasaan juga perang menambah daerah kekuasaan.
Tidak banyak sumber sejarah yang mencatat
tentang Raden Mas Jolang ini sampai beliau wafat pada tahun 1613 di desa
Krapyak. Raja ini terkenal dengan gelarnya Panembahan Sedo Ing Karapyak dan
dimakamkan di makam Pasar Gede, di bawah makam ayahnya.
4.
Raden Mas Rangsang (Sulthan Agung)
Setelah Raden Mas Jolang wafat kekuasaan Kesultanan Mataram digantikan
oleh anaknya yaitu Raden Mas Rangsang. Bisa dibilang bahwa Raden Mas Rangsang
merupakan raja ketiga Kerajaan Mataram Islam. Di masa pemerintahan beliau menjadi
puncak dari kejayaan Kerajaan Mataram Islam.
Raden Mas Rangsang mendapatkan gelar Sultan Agung Senapati Ingalaga
Ngabdurchman. Masa pemerintahannya sekitar 1613-1645. Pada masa pemerintahan
Sultan Agung bisa menguasai hampir seluruh Tanah Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa
Timur dan sebagian daerah di Jawa Barat.
Selain berperang dengan raja di Jawa, Sultan
Agung juga melakukan peperangan melawan VOC yang ingin merebut Jawa dan
Batavia. Dibawah pemerintahan Sultan Agung ini juga Kerajaan Mataram Islam berkembang
menjadi negara Agraris. Sultan Ageng wafat pada tahun 1645 dan di makamkan di
Imogiri. Hanya Sultan Agung yang dimakamkan di Imogiri.
5. Amangkurat I
Setalah Sultan Agung meninggal, kekuasaan Mataram
digantikan oleh anaknya yang bernama Amangkurat. Pada masa kekuasaanya
Amangkurat I memindahkan pusat Kerajinan dari Kota Gedhe ke Kraton Plered.
Pemindahan tersebut dilakukan pada tahun 1569 tahun Jawa atau 1647.
Amangkurat I berkuasa sekitar tahun 1638 sampai 1677.
Sifat Amangkurat I sangat bertolak belakang dengan ayahnya, dimana dia menjadi
teman VOC. Sifat inilah yang menimbulkan perpecahan pada Kerajaan Mataram
Islam. Amangkurat I meninggal pada tanggal 10 Juli
1677 dan dimakamkan di daerah tegal Tepatnya di Telagawangi. Dan sempat
mengangkat Sunan Mataram atau Amangkurat II sebagai Penggantinya.
6. Raden Mas Rahmat
Raden Mas Rahmat atau Amangkurat II merupakan pendiri sekaligus raja
pertama Kasunanan Kartasura sebagai lanjutan dari Kerajaan Mataram Islam. Raja
ini memerintah tahun 1677 sampai 1703. Beliau adalah raja Jawa pertama yang
menggunakan pakaian dinas ala Eropa, sehingga rakyat memberikan julukan Sunan Amral,
yaitu ejaan Jawa untuk Admiral.
Sutawijaya sebagai raja pertama Kerajaan Mataram Islam,
mengangkat diri pada tahun 1586-1601 dengan ibu kota kerajaan di Kota Gede.
Sutawijaya berhasil membawa Mataram menjadi Kerajaan Islam dengan luas wilayah
yang terus berkembang. Terbukti pada masa kekuasaannya, Mataram berhasil
memperluas kekuasaan hingga ke tempat timur seprti Surabaya, Madiun dan
Ponorogo, dan ke barat menundukkan Cirebon dan Galuh. Kerajaan Mataram berhasil
mencapai masa jayanya ketika dipimpin oleh Sultan Agun Hanyokrokusumo
(1613-1645).
Sultan
Agung cukup usang menjadi penguasa di Mataram, yaitu sekitar 32 tahun. Masa
kekuasaannya dibedakan dalam dua periode, yaitu periode pertama yakni masa penyatuan
negara dan periode ke dua yakni masa pembangunan negara. Pada masa kepemimpinan
Sultan Agung, Mataram berhasil menundukkan Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan
dan Tuban, selanjutnya Lasem, Pamekasan, dan Sumenep. Dan bahkan bukan saja
menguasai pulau Jawa, Mataram juga berhail meluaskan tempat kekuasaan hingga
pada Palembang, Sukadana (Kalimantan) dan Goa.
Sultan
Agung juga pernah melancarkan serangan kepada Belanda di Batavia namun sayang
gagal. Kekalahan yang terjadi alasannya pasukan dari Mataram yang kelelahan
menempuh jarak yang jauh dari Mataram ke Jakarta. Selain itu, pasukan Mataram
juga terkena wabah penyakit sehingga banyak yang meninggal. Setelah Sultan
Agung meninggal, tidak ada raja yang sekuat dan sebagus Sultan Agung di Mataram
sehingga lambat laun kerajaan Mataram Islam menjadi karam dan runtuh alasannya
adanya kudeta antar saudara.
Terpecahnya
Kerajaan Mataram Kuno
Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.
Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.
Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa
terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai
periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi
di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh
pihak Mpu Sindok.
Runtuhnya Kerajaan Mataram ketika Raja
Dharmawangsa Teguh yang merupakan cicit Mpu Sindok memimpin. Waktu itu
permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas. Tercatat Sriwijaya
pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran tersebut dimenangkan oleh
Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan serangan ke ibu kota
Sriwijaya. Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia
mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji
Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam
peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.
Terpecahnya Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1647 Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered, tidak jauh dari Karta. Pada saat itu, ia tidak lagi memakai gelar sultan, melainkan 'sunan' (berasal dari kata 'Susuhunan' atau 'Yang Dipertuan'). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak yang tidak puas dan pemberontakan. Pernah terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat untuk berkomplot dengan VOC. Pada tahun 1677 Amangkurat I meninggal di Tegalarum ketika mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat tunduk pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak suka dan pemberontakan terus terjadi. Pada tahun 1680 kraton dipindahkan lagi ke Kartasura. karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.
Pada tahun 1647 Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered, tidak jauh dari Karta. Pada saat itu, ia tidak lagi memakai gelar sultan, melainkan 'sunan' (berasal dari kata 'Susuhunan' atau 'Yang Dipertuan'). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak yang tidak puas dan pemberontakan. Pernah terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat untuk berkomplot dengan VOC. Pada tahun 1677 Amangkurat I meninggal di Tegalarum ketika mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat tunduk pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak suka dan pemberontakan terus terjadi. Pada tahun 1680 kraton dipindahkan lagi ke Kartasura. karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.
Pengganti
Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (tahun 1703-1708),
Pakubuwana I (tahun 1704-1719), Amangkurat IV (tahun 1719-1726), Pakubuwana II
(tahun 1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena ia tidak
patuh(tunduk) kepada VOC sehingga VOC menobatkan Pakubuwana I sebagai raja.
Akibatnya Mataram memiliki dua orang raja dan hal tersebut menyebabkan
perpecahan internal di Kerajaan. Amangkurat III kemudian memberontak dan
menjadikan ia sebagai "king in exile" hingga akhirnya tertangkap di
Batavia dan dibuang ke Ceylon. Kekacauan politik ini baru terselesaikan pada
masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu
Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta (Pada 13 Februari 1755).
Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti. Berakhirlah era
Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian
masyarakat Jawa beranggapan bahwa Kasunanan Surakarta dan Kesultanan
Yogyakarta merupakan 'ahli waris' dari Mataram.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
1. Candi-Candi
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Nama Candi
|
Gambar Candi
|
1. Candi
Sewu
Terletak dikawasan sekitar Candi , Prambanan tepatnya
di Desa Bungisan, Kec. Prambanan, Kab. Klaten, Jawa Tengah. Candi Sewu adalah
candi Buddha terbesar kedua setelah Borobudur
|
|
2.
Candi
Arjuna
Terletak
dikomplek percandian Arjuna, tepatnya di Dataran Tinggi Dieng, Kab.
Banjarnegara, Jawa Tengah. Candi Hindu satu ini mirip dengan candi-candi
dikompleks Gedong Sanga.
|
|
3.
Candi Bima
Terletak
di Desa Dieng Kulon, kec. Batur, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Candi ini
dikatakan memiliki banyak keunikan, misalnya dalam hal arsitekturnya yang
mirip dengan candi-candi yang berada di India.
|
|
4.
Candi
Borobudur
Candi
peninggalan Mataram Kuno ini sudah terkenal keseluruh penjuru dunia sebagai
candi Buddha terbesar yang perna ada. Candi Borobudur terlletak di Magelang,
Jawa Tengah dan diperkirakan berasal dari abad ke 8 masehi
|
|
5.
Candi
Mendut
Candi ini
merupakan candi peninggalan agama Buddha yang diperkirakan dibangun sejak Mataram berada di bawah kepemimpinan Raja Indra dari Dinasti Syailendra.
Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah.
|
|
6.
Candi
Pawon
Jika
Borobudur, Mendut, dan Pawon dilihat dari atas, ketiganya terletak disatu
garis lurus. Inilah yang membuat para ahli merasa keheranan. Candi Pawon
masih belum diketahui secara jelas asal- usulnya karena bukti sejarah yang ditemukan masih sangat terbatas.
|
|
7.
Candi
Puntadewa
Candi yang
terletak di kompleks Candi Arjuna ini juga merupakan candi peninggalan kerajaan Mataram Kuno. Candi bercorak Hindu ini mempunyai ukuran kecil tapi terlihat tinggi.
|
|
8.
Candi
Semar
Candi
Semar berhadapan langsung dengan Candi Arjuna. Bentuknya segiempat membujur
kearah Utara- Selatan dengan tangga masuknya berasa di sisi Timur dan Barat
|
|
2. Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno |
Nama Prasasti
|
Gambar
Prasasti
|
1.
Prasasti
Sojomerto ( sekitar Abad ke 7)
Prasasti berbahasa Melayu Kuno yang
ditemukan di desa Sojomerto, Kabupaten Pekalongan ini menjelaskan bahwa
Syailendra adalah penganut agama Budha.
|
|
2.
Prasasti
Kalasan (778 M)
Prasasti ini berisi tentang kabar
seorang raja Dinasti Syailendra yang membujuk Rakai Panangkaran agar
mendirikan bangunan suci untuk Dewi Tara dan sebuah vihara bagi para pendeta Budha.
|
|
3.
Prasasti
Klurak (782 M)
Prasasti yang ditemukan di daerah
Prambanan ini berisi tentang berita pembuatan arca Manjusri sebagai wujud
Sang Budha, Wisnu, dan Sanggha. Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
ini juga menyebut nama Raja Indra sebagai raja yang berkuasa pada saat itu.
|
|
4.
Prasasti
Ratu Boko (856 M)
Prasasti ini berisi berita kekalahan
Balaputra Dewa dalam perang melawan kakaknya Rakai Pikatan atau
Pramodhawardani dalam perebutan kekuasaan.
|
|
5.
Prasasti
Nalanda (860 M)
Prasasti ini berisi tentang asal-usul
Balaputra Dewa yang adalah cucu dari Raja Indra dan putra dari Raja
Samarottungga.
|
|
6.
Prasasti
Cangal (732 M)
Prasasti ini ditemukan di Gunung Wukir,
Desa Canggal. Isinya berupa peringatan pembuatan lingga di Desa Kunjarakunja
oleh Raja Sanjaya.
|
|
7.
Prasasti
Mantyasih (907 M) dan
8. Prasasti Wanua
Tengah III (908 M) Kedua prasasti ini
berisi tentang daftar raja-raja yang pernah memerintah di Dinasti Sanjaya.
|
(tidak ada gambar)
|
Peninggalan Kerajaan Mataram Islam
perak Kotagede sangat terkenal hingga ke mancanegara, kerajinan
ini warisan dari orang- orang Kalang.
2. Kalang Obong ,
upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti
Ngaben di Bali, tetapi upacara Kalang Obong ini bukan mayatnya yg dibakar melainkan pakaian dan barang-barang peninggalannya
3. Kue Kipo,
makanan tradisional ini sangat khas dan hanya ada di Kotagede,
terbuat dari kelapa, tepung, dan gula merah.
4. Pertapaan Kembang
Lampir,
merupakan
petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan
Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng
Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.
5. Segara Wana dan Syuh
Brata,
adalah
meriam-meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda)
atas perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di depan
keraton Surakarta dan merupakan meriam yang paling indah di nusantara.
6. Masjid Agung Negara,
dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
7.Masjid Jami Pakuncen,
berdiri di Tegal Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan
salah bangunan peninggalan Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai salah
satu tempat penting untuk penyebaran Islam kala itu.
8. Gerbang Makam Kota
Gede,
adalah perpaduan unsur bangunan Hindu dan Islam.
9.
Kitab Sastra Gending,
Kerajaan
Mataram Islam memiliki peninggalan berupa sebuah karya sastra bernama
Kitab Sastra Gending. Kitab ini ditulis oleh Sultan Agung yang berisi mengenai
ajaran filsafat tentang menjadi manusia yang berakhlak. Menurut beberapa kisah,
kitab Sastra Gending ditulis oleh Sultan Agung setelah melakukan penyerangan ke
Batavia.
10.Pasar Legi Kotagede,
Yogyakarta merupakan pasar tertua yang ada di wilayah Provinsi Yogyakarta. Pasar ini merupakan pasar yang sudah ada sejak zaman Panembahan Senopati.
Kesimpulan
Kerajaan Matram
Kuno yang berdiri pada abad ke-8 adalah kerajaan yang memiliki dua latar
belakang keagamaan yakni, Hindu dan Buddha. Raja pertama kerajaan Mataram Kuno
adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732M-760M). Hancurnya kerajaan ini
dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat Pengusiran
Balaputradewa oleh Rakai Pikatan.
Pada abad ke-17
berdirilah kerajaan dengan nama Mataram juga. Kerajaan ini dilatar belakangi
dengan keagamaan islam yang kemudian disebut Kerajaan Mataram islam. Kerajaan
ini dipimpin oleh suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan.
Dan raja yang terakhir adalah Amangkurat, karena Amengkurat sangat dekat dengan
anggota VOC yang mengakibatkan campur tangan dan perang saudara dalam
memperebutkan tahta kerajaan, maka kerajaan Mataram Islam menjadi lemah dan
terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil.
Kerajaan
Mataram Hindu yang berdiri pada abad ke 8 dan Mataram Islam yang berdiri
pada abad ke 17 adalah 2 kerajaan yang lokasi nya di Yogyakarta, oleh karena
itu ahli sejarah membagi Mataram Kuno dengan mataram hindu sedangkan mataram
yang baru dengan Mataram Islam.
Kerajaan Mataram Islam ini tidak ada hubungannya dengan
Kerajaan Mataram dari zaman Hindu-Buddha. Kebetulan saja nama yang sama
dipakai. Mungkin juga pemakaian nama ini ada hubungannya dengan upaya untuk
mengagungkan kembali kebesaran masa lalu.
Itulah yang bisa kami bagikan mengenai Sejarah Kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam, kurang lebihnya kami minta maaf dan mudah-mudahan informasi mengenai Sejarah kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam ini bisa bermanfaat untuk kalian semua.
Itulah yang bisa kami bagikan mengenai Sejarah Kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam, kurang lebihnya kami minta maaf dan mudah-mudahan informasi mengenai Sejarah kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam ini bisa bermanfaat untuk kalian semua.
Terima
Kasih.
Daftar Pustaka